Hari itu suasana rumah terlihat biasa saja. Pagi yang tenang, udara sejuk, dan suara ibu yang sedang memasak di dapur jadi latar sempurna untuk rencana kejutan yang sudah disiapkan oleh Dika, anak sulung keluarga itu. Ia sudah lama ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk ibunya, sosok yang sudah membesarkan dan mengorbankan banyak hal demi anak-anaknya.
Namun Dika tidak ingin memberikannya dengan cara biasa. Ia ingin membuat momen itu berkesan. Maka, lahirlah ide yang agak nekat — sebuah prank. Tapi bukan prank iseng tanpa makna, melainkan prank yang dirancang untuk menggugah emosi dan diakhiri dengan kejutan manis.
Awal Mula Prank
Dika menyusun rencana bersama adik perempuannya, Rani. Mereka sepakat untuk membuat prank seolah-olah Dika mendapat kabar bahwa ia itubet harus pindah ke luar negeri secara mendadak karena pekerjaan. Ibu, yang dikenal sangat dekat dengan Dika, pasti akan kaget dan sedih. Dan di sanalah titik emosi itu akan mulai dimainkan.
Kamera disiapkan, mikrofon tersembunyi di ruang keluarga, dan Rani diam-diam merekam semua kejadian dari balik rak buku. Dika mulai percakapan pagi itu dengan nada serius, membuat wajahnya terlihat murung dan lelah.
“Ibu, aku mau ngomong serius,” kata Dika dengan nada pelan.
Ibu yang sedang menyiram tanaman langsung berbalik. “Kenapa, Nak? Kamu sakit?”
“Bukan, Bu. Tapi aku dapat kabar dari kantor. Aku harus pindah ke luar negeri. Besok.”
Sejenak, ibu terdiam. Ia tidak langsung bereaksi. Matanya menatap Dika dengan kebingungan dan kemudian berubah menjadi tatapan sedih. “Besok? Mendadak sekali. Kamu yakin harus pergi?”
Air Mata Mulai Mengalir
Dika mengangguk pelan. “Katanya ini kesempatan karier yang bagus. Tapi aku juga bingung, Bu. Aku nggak pengen ninggalin rumah.”
Ibu mulai menunduk, menyeka sudut matanya. “Ya Allah, kalau itu memang yang terbaik buat kamu, Ibu ikhlas. Tapi Ibu sedih, Nak. Nanti siapa yang bantuin Ibu belanja? Siapa yang anterin Ibu ke pasar? Kamu itu temen ngobrol Ibu tiap sore…”
Tangis kecil mulai terdengar. Dika pun mulai merasa bersalah, meskipun ia tahu ini hanyalah prank. Tapi momen itu menyadarkannya betapa dalam kasih sayang seorang ibu.
Waktu Mengungkap Kebenaran
Melihat air mata ibunya mulai jatuh, Dika memberi kode ke Rani untuk segera keluar membawa hadiah kejutan — sebuah bingkisan berisi tiket umrah dan sepucuk surat.
“Bu…” Dika bangkit dari sofa dan memeluk ibunya. “Maaf ya… sebenernya ini semua cuma prank. Tapi aku serius soal satu hal…”
Ibu memandangnya dengan tatapan bingung. “Prank? Apa maksudmu, Dika?”
Dika menyerahkan bingkisan kecil itu. “Aku nggak ke luar negeri. Tapi aku punya hadiah buat Ibu. Ini… tiket umrah untuk Ibu. Aku tahu ini udah jadi doa Ibu sejak lama.”
Tangis ibu langsung pecah, kali ini bukan karena sedih, tapi karena haru dan bahagia yang luar biasa. Ia memeluk Dika erat, tidak berkata apa-apa selain doa yang terus mengalir dari bibirnya. Rani yang merekam pun ikut menangis sambil tertawa kecil.
Haru yang Menghangatkan
Dalam video itu, terekam jelas bagaimana kasih ibu tidak pernah terputus, bahkan dalam situasi yang tidak pasti. Walau tahu harus berpisah, ia tetap berusaha ikhlas demi anaknya. Dan ketika tahu semua itu hanya prank, air mata yang mengalir berubah menjadi kebahagiaan yang tak terkira.
Momen itu pun viral di media sosial. Banyak netizen yang ikut terharu. Beberapa bahkan menuliskan komentar:
“Awalnya kesel karena prank, tapi pas tahu endingnya malah nangis beneran 😭😭😭.”
“Anak kayak gini langka! Semoga berkah rejekinya ya.”
“Jadi kangen Ibu. Mau pulang dan peluk Ibu sekarang juga.”
Pelajaran di Balik Prank
Apa yang dilakukan Dika dan Rani bukan hanya prank biasa. Mereka berhasil mengubah momen sederhana menjadi kenangan yang penuh makna. Di balik air mata itu, tersimpan cinta tulus antara anak dan ibu, yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
Dan kadang, kita memang perlu momen seperti ini untuk benar-benar menyadari betapa besar kasih sayang orang tua kita, terutama seorang ibu.
Jika kamu membaca ini dan masih punya kesempatan untuk memeluk ibu, lakukan sekarang. Karena seperti kata pepatah, surga ada di telapak kaki ibu — dan cinta ibu adalah yang paling murni, bahkan sebelum kita lahir ke dunia.